Oleh: JANNES EUDES WAWA
Siapa di antara kita yang tidak mengenal Bali? Pulau Dewata ini begitu populer di seantero dunia. Wisatawan dari seluruh penjuru dunia, termasuk para pesohor berdayun-duyun datang berlibur. Bahkan, datangnya bukan hanya sekali, melainkan berkali-kali. Tapi tidak pernah terlontar rasa bosan. Daya pikat Bali memang sungguh luar biasa.
Hampir semua wilayah di Bali memiliki keunikan dan daya tarik. Ada yang berupa kekayaan alam. Ada pula yang merupakan tradisi masyarakat setempat. Semua kekayaan itu selalu ditata dan dikemas dengan unsur seni hasil kreativitas dan imajinasi warga setempat sehingga mampu menyedot perhatian wisatawan.
Hal ini dapat dimaklumi, sebab usaha pariwisata telah menjadi urat nadi kehidupaan masyarakat Bali. Segala hal yang dikerjakan dan dikelola selalu menyatu dengan pariwisata. Bermuara pada menjaring wisatawan. Kebiasaan ini telah berkembang sejak ratusan tahun silam, dan terus terpelihara hingga saat ini. Pariwisata telah menjadi darah daging warga di Bali.
Sebagai daerah tujuan wisata dunia, Bali juga memiliki tempat istimewa di kalangan para pesepeda. Bersepeda di Bali sungguh menyenangkan dan selalu istimewa. Selain jalan yang beraspal mulus, panorama alam yang dipadukan dengan tradisi masyarakat yang kuat membuat gairah mengayuh sepeda meninggi. Gowes seakan belum sempurna jika belum mengayuh sepeda di Bali.
Hampir setiap hari, para pesepeda dari berbagai daerah datang bersepeda di Bali. Rute favorit antara lain dari Sanur ke Ubud dan Kintamani, atau Nusa Dua ke Kintamani. Ada pula yang memilih ke arah selatan yakni Pantai Melasti dan Uluwatu. Ada lagi yang gowes ke Jatiluwih dan Bedugul. Bahkan, ada yang mengayuh dari pura ke pura.
Di Bali juga menawarkan paket touring sepeda dengan peserta yang terbatas selama dua hingga lima hari. Sepeda disiapkan. Paket ini umumnya diminati wisatawan asing. Rute yang ditawarkan selalu terkait panorama alam dan tradisi masyarakat.
“Turis asing yang paling banyak minati touring sepeda di Bali. Mereka selalu luangkan waktu dua hingga tiga hari untuk gowes ke sejumlah tempat wisata sambil melewati sawah dan hutan. Waktu gowes hanya pagi hingga sekitar pukul 14.00. Setelah itu istirahat,” jelas Gede Cakranegara, pengelola perjalanan sepeda wisata di Bali.
Di antara rute-rute menarik itu yang paling menantang adalah mengelilingi Pulau Bali. Perjalanan umumnya melewati tepi pantai. Terbanyak berupa jalan datar, sekali-kali diselingi perbukitan berupa tanjakan dan turunan. Panorama didominasi keindahan pantai. Pantai-pantai di Bali selalu indah menawan.
Sejauh ini, menurut Gede, belum banyak pihak yang menggelar touring atau lomba balap sepeda mengelilingi Bali. Padahal, sensasinya luar biasa. “Gowes ke Ubud, Bedugul, Kintamani atau Uluwatu sudah biasa. Tetapi bersepeda mengelilingi Pulau Bali itu sensasinya beda. Butuh nyali dan ketahanan mental,” ujarnya.
Sisi Lain Bali
Itu sebabnya Jelajah Bike pun tertantang untuk memilih rute yang lebih menantang pada penyelenggaraan Jelajah Bali Bike tahun 2023. Setelah melalui berbagai pertimbangan lalu dipilih rute mengelilingi Pulau Bali.
Setidaknya ada 3 alasan memilih rute ini. Pertama, mengajak para pesepeda untuk mengenal Bali lebih utuh. Selama ini, para pesepeda umumnya gowes di wilayah selatan, tengah dan timur, lalu sekali-kali melewati jalur barat. Sedangkan jalur utara nyaris tidak pernah terlewati.
Kedua, awal perkembangan Bali sesungguhnya dimulai dari utara, terutama di Kota Singaraja. Di masa lalu, Singaraja merupakan ibukota Provinsi Sunda Kecil yang terdiri atas Bali dan Nusa Tenggara. Provinsi Sunda Kecil kemudian dimekarkan pada Desember 1958 menjadi tiga provinsi yakni Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Sejak saat itu, ibukota Provinsi Bali dipindahkan dari Singaraja ke Denpasar hingga sekarang.
Ketiga, Bali selalu identik dengan Hindu. Tetapi di Pulau Bali berkembang penganut agama lain, terutama Islam. Kawasan Bali barat dan sebagian wilayah utara cukup banyak dihuni umat Muslim. Mereka umumnya berasal dari Jawa Timur, dan sudah puluhan tahun hidup di Bali. Di kawasan ini berdiri cukup banyak masjid. Mereka hidup rukun dengan masyarakat asli Bali.
Jelajah Bali Bike 2023 akan dilakukan pada 23-25 Juni 2023. Perjalanan hari pertama akan dimulai dari Nusa Dua, lalu bergerak ke Kuta, Tanah Lot, Pantai Soka terus bergerak menyusuri pantai hingga di Gilimanuk. Dari sana, lalu menyusuri wilayah utara dan berakhir di Pemutaran di Kabupaten Buleleng.
Pemutaran juga masih berada di pesisir pantai. Daerah ini juga termasuk salah satu destinasi yang diminati wisatawan asing yang ingin menyepi. Hal itu tampak dari model penginapan yang ada umumnya berbentuk villa dan resort.
“Sebelum wabah Covid-19, Pemutaran paling diminati wisatawan dari Eropa dan Amerika yang ingin ketenangan. Mereka biasanya menyelam di sekitar Banyuwangi dan pulau-pulau kecil di utara Bali, lalu menginap di Pemutaran. Saat ini wisatawan seperti itu mulai masuk lagi di Pemutaran. Tetapi jumlahnya masih jauh dari ideal,” jelas Komang Dipa, pelaku pariwisata di Buleleng.
Hari berikutnya, dari Pemutaran, peserta Jelajah Bali Bike akan menyusuri pantai utara Bali melewati Lovina dan Singaraja, lalu finis di Amed, Kabupaten Karangasem, ujung timur Bali. Di kawasan ini kita dapat menyaksikan matahari terbenam dengan panorama Gunung Agung. Saat ini Amed telah menjadi destinasi favorit. Saking indahnya panorama, ada yang mengatakan jangan tinggalkan Bali sebelum menikmati matahari terbenam di Amed.
Hari ketiga, dari Amed bergerak ke arah tenggara menuju ke Istana Taman Ujung dan Goa Lawah di Kabupaten Klungkung, kemudian melewati Sanur dan Benoa, lalu finish di Nusa Dua. Total jarak sekitar 430 kilometer.
“Saya sudah beberapa kali bersepeda di Bali. Akan tetapi, belum sekali pun gowes keliling Bali. Maka, ketika ada event dari Jelajah Bike ini saya langsung memutuskan ikut. Ini pengalaman langka, dan pasti ada sensasi luar biasa,” kata Leontinus Alpha Edison, salah satu pendiri Tokopedia.