Oleh MOHAMMAD NASIR
Yin-Yang merupakan konsep keseimbangan yang berasal dari kebijaksanaan atau filsafat timur yang berguna untuk kebahagiaan manusia. Biasanya yin-yang dilambangkan dengan gambar bulatan yang di dalamnya dibagi dua sama rata. Bagian sebelah biasanya diberi warna hitam dan sebelah warna putih.
Intinya yin-yang menggambarkan keseimbangan demi kebahagiaan. Apakah betul yin-yang bisa mempengaruhi kebahagiaan hidup kita? Jawabannya bisa direnungkan masing-masing setelah baca tulisan ini.
Yin- yang sering dikaitkan dengan hal-hal berbau klenik, tidak rasional. Itu terserah saja bagi suka ke arah itu.
Di sini disampaikan yang praktis-praktis saja, untuk pendamping pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan memahami yin-yang dan mempraktikannya, hidup kita akan menjadi seimbang, berimbang, serasi dalam kehidupan sosial, hebat berkomunikasi dalam pergaulan, mumpuni dalam silat, dan menjadi luar biasa ketika berhubungan suami-istri.
Menggowes sepeda
Untuk memudahkan memahami yin- yang, kita bisa memahaminya melalui menggowes sepeda. Saat kaki kanan mendorong pedal dengan tenaga, maka kaki kiri kosong dan hanya mengikuti saja.
Kaki kanan yang mendorong dengan tenaga berfungsi sebagai yang, sementara kaki kiri yang kosong hanya mengikuti, menjadi yin.
Selanjutnya begitu kaki kiri terdorong naik sampai puncak pedal dan mendorong ke depan dalam putaran ke bawah, maka di situlah kaki kiri menjadi aktif dan bertenaga, berfungsi sebagai yang. Sementara kaki kanan pasif, kosong berubah menjadi yin.
Begitulah seterusnya, kaki mengayuh pedal silih berganti kanan-kiri, saling berganti menjadi yin-yang.
Dalam dunia silat
Yin-yang juga banyak digunakan dalam silat, terutama yang sudah sampai pada tingkat penggunaan rasa. Praktiknya sama: keseimbangan yang terjadi silih berganti.
Karena itu Bruce Lee, aktor film silat, dan juga pesilat legendaris, dalam bukunya Striking Thoughts, Bruce Lee’s Wisdom For Daily Living (Tuttle Publishing, 2000), banyak bicara tentang yin-yang. Bruce Lee tidak sutuju penulisan “yin-yang” dibuat terpisah dengan menggunakan “dan/and” seperti “yin dan yang”, seakan-akan yin dan yang merupakan dua pasangan yang selalu berlawanan, dualistic, seperti dua kutub yang berlawanan.
Padahal tidak seperti yang bayangkan orang bahwa yin selamanya yin, dan yang selamanya yang.
Menurut Bruce Lee yang belajar filsafat di University of Washington, dalam posisi pada titik paling ekstrem yin berubah menjadi yang. Begitu pula sebaliknya.
“When activity (Yang) reaches the extreme point, it become inactivity, and inactivity forms Yin. Extreme inactivity will in the same way, return to become activity, which is yang. Activity then is the cause of inactivity, and vice versa”, tulis Bruce Lee dalam bukunya tersebut.
Ini merupakan teori dasar yin-yang. Seperti mengayuh pedal sepeda. Kaki kiri dan kanan mengayuh ritmik bergantian.
Begitu pula dalam berkomunikasi. Tidak perlu ngotot-ngototan, berebut keras, berebut mik. Bergantian saja seperti yin-yang.
Dalam gerakan sam po kun, salah satu cabang keilmuan Perguruan Silat Persatuan Gerak Badan (PGB) Bangau Putih, baik ketika dilakukan dalam simulasi pertarungan silat berpasangan (tuicu) maupun sendiri, tangan kiri dan kanan bergantian dalam keadaan kosong (rilek) dan isi (bertenaga).
Lebih detail kosong-isi diterapkan dalam setiap ruas persendian kita. Sesuai namanya, sam po kun yang berarti permainan tiga mutiara (dalam tubuh)—serba tiga ruas anggota badan manusia, menjadi sendi lipatan setiap gerak, masing-masing bisa diisi tenaga atau dikosongkan sebagaimana konsep yin-yang.
Efeknya luar biasa, bagian tubuh yang diisi dengan tenaga ternyata tidak berdaya, sedang bagian tubuh dikosongkan (rilek secara penuh) ternyata berisi (berdampak pada dorongan gerak yang bertenaga).
Hal ini pernah saya tulis Mei 2016, dalam artikel berjudul MBS Bangau Putih, Laboratorium Yin-Yang, dimuat majalah Warta Bangau. MBS (Mind Body Spirit) pernah menjadi nama cabang keilmuan PGB, sebelum berganti nama menjadi sam po kun.
Konsep yin-yang dalam mengayuh sepeda juga bisa diterapkan dalam praktik keseimbangan dalam berpasangan, seperti dalam hubungan suami-istri yang memerlukan pengaturan emosi atau pikiran (mind) dan tubuh (body).
Mind-body yang seringkali dipasangkan juga saling memengaruhi dan keduanya bisa bentrok sehingga berakibat memperlemah fungsi masing-masing. Karena itu ketika tubuh aktif, pikiran diistirahatkan. Begitu pula sebaliknya. Pikiran dan tubuh saling berhubungan.
“Kadang otak harus distop intervensinya atas badan, membiarkan badan lepas bergerak sendiri,” tulis Bre Redana, wartawan dan pelatih silat dalam bukunya: Mind Body Spirit, Aku Bersilat, Aku Ada (Penerbit Buku Kompas, 2013).
Untuk memenangkan sebuah pertarungan fisik, kata Kazumi Tabata, orang harus pandai mengatur tubuh dan pikiran. Kapan pikiran dan tubuh difungsikan. Keduanya difungsikan bergantian. Kalau diaktifkan keduanya secara bersamaan, gerakannya tidak efektif, saling mengganggu.
Jadi antara pikiran dan tubuh difungsikan bergantian secara seimbang.
“Keeping physical and spiritual balance is fundamental in fight,” tutur Kazumi Tabata dalam bukunya, Mind Power, Secret Strategies for the Martial Arts, (Tuttle Publishing, 2010 halaman 11).
Praktiknya bagaimana? Saya memberi contoh pendapat ahli dalam gerakan silat.
Menurut buku Secrets of Shaolin Temple Boxing yang diedit Robert W. Smith, ketika menerapkan yin-yang dalam gerak silat, keinginan diri mesti dihilangkan dan dalam keadaan tenang.
Sementara pikiran dibiarkan menerawang jauh, bukan memikirkan gerakan dan hasilnya.
Hal ini sejalan dengan pemikiran guru besar Perguruan Silat PGB Bangau Putih Gunawan Rahardja yang mengatakan, ketika tubuh bergerak, lenyapkan keinginan “aku” dari pikiran, masukkan keinginan kedalam tubuh, dan biarkan tubuh bergerak dengan kecerdasannya sendiri tanpa kita memikirkannya.
Kitab Tao Te Ching
Yin-yang dibahas dalam Tao Te Ching, kitab ajaran Tao yang ditulis oleh Lao Tze sekitar 2400 tahun silam (empat abad sebelum masehi).
Secara etimologi yin-yang adalah gelap – terang (yin berada di sisi gelap, dan yang di sisi terang). Singkat kata dalam kitab Tao Te Ching, yin adalah kehampaan yang menjadi awal dari segala sesuatu yang ada.
Lalu ada kehidupan yang ditandai dengan aktivitas, agresivitas, dan perjuangan hidup yang kemudian dikenal dengan “yang”.
Yin merepresentasikan kehampaan, kosong, kegelapan, malam, feminin, lemah, negatif, kelembutan, dan lain sebagainya.
Sedang “yang” punya karakter berlawanan dengan yin, yakni terang, siang, maskulin, tegas, keras, isi, dan lain sebagainya.
Keduanya tampaknya berlawanan, tetapi dalam kenyataan keduanya (yin-yang) saling ketergantungan. Harmonisasi antara kosong-isi merupakan manifestasi penerapan yin-yang.
MOHAMMAD NASIR
wartawan senior
Baca juga: