Oleh: JANNES EUDES WAWA
Tanjakan Sitinjau Lauik sangat melegenda di Sumatera Barat. Tanjakan sejauh kurang lebih 15 kilometer tersebut memiliki kemiringannya mencapai 23 derajat. Mobil pun sering gagal mencapai puncak. Namun, sejumlah pembalap sepeda dalam event Jelajah Cycling Series Minangkabau menghabiskan waktu tidak lebih dari 20 menit menembus tanjakan maut itu.
“Luar biasa biasa para pembalap sepeda. Dalam sekejab saja mengayuh di tanjakan yang berat ini. Saling kejar-kejaran pula. Padahal, mobil saja kadang sulit mencapai puncak. Tanjakan ini paling menakutkan di Sumatera Barat, bahkan Sumatera,” ujar Sofyan, warga setempat yang menonton perlombaan tersebut.
Tanjakan Sitinjau Lauik dihadapi saat perjalanan dari Kota Padang. Tanjakan tersebut dimulai dari kilometer (km) 14. Semakin ke depan, kemiringannya terus meningkat. Pada kelokan tajam kemiringan tanjakan sekitar 16 persen. Akan tetapi, ke atasnya kemiringan semakin sangar, yakni 20-23 derajat.
Saking terjalnya tanjakan dan turunan yang disertai tikungan tajam memaksa adanya larangan dua mobil berukuran besar berpapasan. Pengguna jalan selalu diatur bergantian saat melewati kelokan tersebut meski jalan nasional ini memiliki dua jalur.
Mobil besar dengan muatan banyak selalu didahulukan melintas. Kendaraan besar diharuskan mengambil sisi terluar yang sedikit landai agar mendapatkan momentum untuk menanjak. Itu sebabnya, tanjakan Sitinjau Lauik ini selalu disebut tanjakan setan.
Diikuti 228 peserta
Balap sepeda jalan raya yang dilakukan Jelajah Sport pada Sabtu, 4 Maret 2023 itu dimulai dari halaman depan rumah dinas Gubernur Sumatera Barat di Jalan Sudirman Kota Padang. Finish dipusatkan di depan Istana Basa Pagaruyung, Kabupaten Tanah Datar. Total jarak yang dilombakan sejauh 112 kilometer dengan keseluruhan ketinggian (elevation gain) mencapai 1.730 meter. Batas waktu maksimal tujuh jam.
Di tengah perjalanan dilakukan lomba tanjakan (King Of Mountain/KOM) persisnya di Sitinjau Lauik yang dimulai dari km 15,5 dan berakhir di km 29. Ada pula adu kecepatan atau sprint yang dilakukan di tepi Danau Singkarak yakni pada km 75 hingga km 90.
Lomba balap sepeda dalam JCS Minangkabau terbagi dalam delapan kategori, Men Elite 19 tahun ke atas, Junior (17-18 tahun), Open (19-29 tahun), Master A (30-39 tahun), Master B (40-49 tahun), Master C (50-59 tahun), Women Elite (19 tahun) dan Women Master (30 tahun ke atas). Kategori elit dikhususkan bagi para atlet profesional. Sedangkan, master untuk para penggila sepeda balap.
Event ini diikuti 228 orang dari tujuh negara, termasuk Indonesia. Atlet asing berasal dari China, Belanda, Perancis, Latvia, Laos dan Thailand.
Total hadiah sebesar Rp 502 juta. Hadiah diberikan kepada 10 pemenang dari setiap kategori. Ada pula lomba tanjakan dan lomba kecepatan (sprint). Yang terbaik dari masing-masing kategori berhak mendapatkan hadiah lomba KOM dan sprint.
Pelepasan pertama adalah Men Elite, lalu Woman Elite, disusul Yunior, Master A, Master B, Master C, dan terakhir Woman Master. Waktu pelepasan tiap kategori berbeda lima menit. Pelepasan dilakukan Wakil Gubernur Sumatera Barat Audy Joinaldy.
“Event ini luar biasa. Hadir di saat lomba balap sepeda berskala internasional mati selama beberapa tahun terakhir. Sekarang ada alternatif baru yakni Jelajah Cycling Series. Alhamdulillah seri pertama tahun 2023 digelar di Sumatera Barat. Hal ini menggairahkan pariwisata. Dapat memicu kunjungan wisata ke Minangkabau,” kata Audy seraya berharap JCS tahun 2024 digelar kembali di Sumatera Barat.
Kejar-kejaran
Sekitar pukul 05.00 WIB, sebagian besar peserta Jelajah Cycling Series (JCS) sudah berkumpul di halaman depan rumah dinas Gubernur Sumatera Barat. Begitu tiba, peserta diminta membubuhkan tanda tangan pada papan yang telah disiapkan penyelenggara sesuai kategori yang dilombakan.
Sekitar pukul 05.45 WIB, komisioner dari Indonesia Cycling Federation (ICF) atau Ikatan Sepeda Sport Indonesia/ISSI) memanggil satu demi satu peserta lomba kategori Man Elite untuk berada di garis start. Ada 42 orang peserta dalam kelompok ini. Mereka adalah para pembalap nasional dan internasional yang mewakili klub masing-masing.
Ada 13 klub dalam dan luar negeri yang mendaftarkan atletnya untuk kategori Man Elite ini yakni KLCC Kowis Loop (1), RoadSay 3R Tanah Laut (1), NIB Cycling Tim (2), Jagoan Mama (1), GCC Racing Team Surabaya (6), Pontianak Wijaya Racing Team (1), BRCC Banyuwangi (3), Dr J Cycling Team (4), Roojai Online Insurance (6), ASC Monster (1), Mula Cycling Team (7), KBG Racing Team (4), dan Nusantara Cycling Team (5).
Dari ke-13 klub itu, empat klub di antaranya merupakan klub continental, yakni Mula Cycling Team, Nusantara Cycling Team, KGB Racing Team dan Roojai Online Insurance. Klub Roojai saat ini bermarkas di Thailand. Dari 6 atlet yang dikirim Roojai hanya dua orang yang berwarganegara Thailand. Empat orang lainnya berasal dari Laos dan Belanda. Sedangkan tiga klub lainnya berada di Indonesia.
Tepat pukul 06.00 WIB, lomba balap sepeda ini dimulai. Kelompok yang pertama kali dilepas adalah Man Elite.
Sejak keluar dari halaman rumah dinas Gubernur Sumbar, kemudian bergerak ke kiri melewati Jalan Sudirman para pembalap ini mulai kejar-kejaran dan salip menyalip. Bahkan, saling menempel sehingga barisan pun tetap rapat. Jika ada peserta yang tertinggal, tetapi jaraknya masih pendek, sekitar 2-3 meter.
Menurut Tino Latuheru, komisioner yang mengawal pembalap elit pria, dalam jarak sekitar dua kilometer dari tempat start, kecepatan laju sepeda yang dikayuh para pembalap sudah di atas 45 kilometer per jam. Kecepatan itu terus ditingkatkan hingga mendekati 65 kilometer per jam.
Memasuki tanjakan Sitinjau Lauik kecepatan berkurang, tetapi masih berkisar 35-40 kilometer per jam. Para pembalap masih saling kejar-kejaran. Semakin ke depan, posisi tanjakan semakin berat dengan kemiringan yang bertambah besar, laju sepeda pun sedikit menurun, tetapi beberapa pembalap yang terdepan mengayuh dengan kecepatan 30-35 kilometer per jam.
Saat menjelang puncak tanjakan barulah rata-rata 30 kilometer per jam. Pembalap lain di belakang tetap laju juga, bermain pada kecepatan sekitar 28 kilometer per jam. “Ini memang edan betul. Tanjakan yang berat dikayuh dengan begitu enteng. Ini baru balapan seru. Saya suka banget,” ujar Tino.
Selepas tanjakan setan itu, balapan memasuki jalan turunan yang panjang. Para pembalap profesional ini seperti kesetanan. Kecepatan sepeda dikayuh mencapai 100-110 kilometer per jam. Mereka memanfaatkan momentum ini untuk mengejar waktu tempuh yang lebih pendek.
Pembalap Roojai yakni Ariya Phounsavath benar-benar menggila pada jalur turunan dan landai. Dia meningkatkan kecepatan sepedanya, dan meninggalkan pembalap lainnya. Saat melewati jalan raya di tepi Danau Singkarak, dimana jalur itu juga menjadi arena lomba kecepatan, Ariya mengayuh bertambah kencang. Kecepatan ditaksir berkisar 75-80 kilometer per jam.
“Motor yang saya tumpangi pun tidak mampu mengimbangi laju pembalap di jalan turunan setelah Sitinjau Lauik dan jalan landai di tepi Danau Singkarak. Padahal, kondisi jalan raya belum sepenuhnya steril. Balapan ini benar-benar menarik,” ungkap Tino.
Di belakang Ariya, ada sekitar 11 pembalap juga saling kejar mengejar baik di jalan turunan dan landai. Selepas dari Singkarak, dan masuk ke wilayah Tanah Datar menuju ke Istana Basa Pagaruyung masih ada beberapa tanjakan dan turunan pendek. Di jalur ini, mereka saling berebutan pososi. Siapa yang lengah sedikit saja langsung disalip pembalap lainnya.
Antusiasme masyarakat Sumatera Barat terhadap event balap sepeda JCS juga luar biasa. Warga berdiri di pinggir kiri dan kanan jalan menyaksikan lomba ini. Mereka terus memberikan dukungan terhadap setiap pembalap yang melintas dengan terus meneriakkan, “Ayoo semangat! Ayooo semangat!”
Masyarakat Sumbar terbiasa dengan keseruan balap sepeda. Sebelum wabah Covid-19, wilayah itu sering digelar lomba balap sepeda internasional. Namun, sejak tahun 2019, event tersebut terhenti.
“Kami senang sekali sekarang ada lagi lomba balap sepeda di Minangkabau. Hal ini pertanda baik untuk promosi daerah melalui event olahraga,” kata Pejabat Sementara Kadis Pemuda dan Olahraga Sumbar Mafrizon.
Beda tipis
Ariya menjadi pembalap pertama yang masuk garis finish. Lelaki berusia 32 tahun berkebangsaan Laos ini mencatatkan waktu tempuh 2 jam 43 menit dan 59 detik. Di kalangan pembalap sepeda, Ariya bukan orang baru. Dia pernah menjuarai kejuaraan balap sepeda Tour de Indonesia (TdI) 2018. Dalam JCS Minangkabau ini, Ariya juga menyabet juara tanjakan dan juara sprint kategori man elite.
Di urutan kedua adalah Maulana Astnan (18) dari Nusantara Cycling Team dengan catatan waktu 2 jam 47 menit dan 29 detik, disusul Adne van Engelen (29) dari Roojai Online Insurance. Lelaki berkebangsaan Belanda ini hanya berbeda 4 detik dengan pemenang kedua, yakni 2 jam 47 menit dan 33 detik.
Posisi keempat adalah Muhamad Imam Arifin (27) dari Nusantara Cycling Team yang mencatatkan waktu 2 jam 47 menit dan 42,771 detik. Kelima yakni Jamalidin Novardianto (28) dari Dr J Cycling Team dengan waktu 2 jam 47 menit dan 42,839 detik. Keenam Muh Andy Royan (19) dari Mula Cycling Team 2 jam 47 menit dan 42,878 detik.
Ketujuh Erlangga Adam Aldama (23) dari BRCC Banyuwangi yakni 2 jam 47 menit dan 43,036 detik. Kedelapan Kevin Dani Maulana (22) dari KGB Racing Team 2 jam 47 menit dan 43,134 detik. Kesembilan Ilham Dzikri Ramadhan (21) dari GCC Racing Team Surabaya dengan waktu 2 jam 47 menit dan 44,089 detik. Kesepuluh Mohamad Fikri Azka (26) dari Nusantara Cycling Team dengan waktu 2 jam 47 menit dan 44,099 detik.
Jimmy, salah satu peserta kategori Master A dari RBB Palembang menilai event JCS Minangkabau sungguh menarik. Pilihan jalur yang menarik: ada tanjakan tajam di Sitinjau Lauik, ada pula jalanan turunan yang panjang kemudian jalan landai di tepi Danau Singkarak yang indah. Sebelum masuk finish masih disuguhi lagi tanjakan dan turunan pendek.
Penempatan petunjuk tentang jarak tempuh, water station, dan lainnya cukup tepat. Banyak aparat kepolisian bersama petugas Dinas Perhubungan dikerahkan mengamankan di sepanjangan rute balapan memberi kenyamanan dan keamanan bagi pembalap.
“Saya sangat puas dengan event ini. Meski lomba balap sepeda ini baru pertama kali dilakukan Jelajah Sport, tetapi manajemennya sangat profesional dan detail. Para pemenang pun mendapatkan hadiahnya tidak lebih dari 24 jam. Ini kejutan. Kami memberikan apresiasi yang tinggi,” kata Jimmy yang menjadi pemenang pertama di kelasnya.
Baca juga: