Oleh: JANNES EUDES WAWA
Jalan lintas darat Balikpapan-Sepaku di Penajam Paser Utara merupakan jalur sejuta tanjakan disertai turunan disusul kelokan-kelokan tajam. Tak sedikit orang menderita pusing dan mabuk saat menggunakan mobil. Pada 10-11 Desember 2022, sebanyak 95 pesepeda mengayuh sepeda melewati jalur ini di tengah sengatan terik matahari mencapai 42 derajat Celcius.
Mereka rela mengayuh sepeda dari Balikpapan demi menjawab rasa penasaran dan ingin melihat dari dekat Ibu Kota Nusantara, kota masa depan Indonesia pengganti Jakarta. Event yang diberi nama Jelajah IKN tersebut digelar Jelajah Bike, perusahaan penyelenggara touring sepeda.
Ke-95 pesepeda ini terbanyak berasal dari Jakarta, disusul Tangerang, Bogor, Depok, Bekasi, Bandung, lalu Surabaya, Makassar, Yogyakarta, Cirebon, Manokwari dan Balikpapan. Mereka memiliki profesi yang beragam, tetapi umumnya adalah pelaku usaha yang ingin melihat dari dekat perkembangan pembangunan IKN.
“Hampir tiap minggu, Presiden Joko Widodo bicara tentang IKN, termasuk memberi gambaran perkembangannya. Itu yang bikin saya penasaran dan ingin melihat dari dekat. Saya mengajak beberapa teman ikut Jelajah IKN agar sekalian survei, sebab kami serius ingin berinvestasi,” ujar Wahyu Sulaeman, pengusaha asal Cirebon.
Jelajah IKN didukung Sinar Mas Land, perusahaan pengembang properti yang kini membangun perumahan untuk kelas menengah ke atas di Kota Balikpapan, yakni Grand City. Konsep yang dikembangkan di Grand City, menurut Limjan Tambunan, Head Sinarmas Land Divisi Kalimantan dan Sulawesi menyerupai BSD City di Tangerang Selatan yang juga dikelola Sinar Mas Land.
“Kami ingin Grand City Balikpapan menjadi bagian dari pembangunan IKN dan jadi pilihan warga yang ingin menetap atau bekerja di IKN. Apalagi, nantinya didukung dengan beragam akses jalan yang bagus ke IKN, maka jaraknya menjadi dekat,” jelas Limjan.
Sempat terkecoh
Saat melihat rute Balikpapan-Ibu Kota Nusantara pergi pulang melalui strava yang dibagikan panitia sebelum kegiatan hampir semua peserta menilai jalur dalam Jelajah IKN masih bersahabat. Maklum, elevasi berkisar 160-200 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Akan tetapi, setelah melihat dengan seksama, dimana total ketinggian pada rute hari pertama, yakni Balikpapan-Sepaku mencapai 2.005 meter. Kemudian pada hari kedua yaitu Sepaku-IKN-Balikpapan 1.679 meter, mereka pun terperangah. Ada yang menduga panitia salah membaca strava.
Sebagian lainnya langsung meminta gambaran rute, sebab diyakini jalur tersebut memiliki ratusan tanjakan dan turunan. Ada juga yang semula ingin menggunakan sepeda lipat akhirnya mengganti dengan sepeda gunung.
Sabtu (11/12/2022) pagi, sekitar pukul 07.00 Wita, perjalanan sepeda Jelajah IKN pun dilepas di Hotel Zurich Balikpapan. Mereka mengayuh sepeda melewati jalan di depan Bandara Sepinggan. Lalu, melambung melewati kawasan pesisir menuju Lamaru.
Selepas itu, mulai menghadapi tanjakan demi tanjakan diselingi turunan, lalu jalan datar hingga di Samboja, persisnya jalan tol menghubungkan Balikpapan-Samarinda. Dari sana, perjalanan berlanjut ke arah Penajam Paser Utara. Baru sekitar bergerak sekitar 30 meter sebuah tanjakan pendek langsung menyapa, lalu diikuti turunan pendek juga.
Setelah itu, tanjakan dan turunan menghadang secara bergantian hingga beberapa kali. Bahkan, sebelum memasuki batas wilayah Penajam Paser Utara harus melewati dua kali tanjakan yang cukup panjang. Panas mentari pun terasa sangat menyengat.
Beberapa peserta nyaris putus asa. Ada yang memilih dievakuasi menuju lokasi makan siang di Hutan Wisata Bukit Bangkirai. Akan tetapi, sebagian besar memilih tetap mengayuh sepedanya.
“Memang berat banget menghadapi tanjakan di tengah sengatan matahari yang begitu panas. Saya beberapa kali harus istirahat sejenak. Bahkan sempat pula menuntun sepeda saat di tanjakan. Saya terus berusaha agar tidak tergoda dievakuasi sebelum makan siang,” ujar Trisakti Yana, pesepeda asal Yogyakarta.
Hutan Bangkirai
Hari pertama Jelajah IKN ini, lokasi makan siang peserta di Hutan Wisata Bukit Bangkirai. Panitia sengaja membawa peserta ke kawasan ini sebagai bagian dari upaya memperkenalkan hutan hujan tropis seluas 500 hektar berkualitas terbaik yang masih tersisa di Kalimantan.
Kawasan ini berada pada jarak 7,5 kilometer dari jalan lintas Balikpapan-Sepaku. Jalan menuju gerbang utama masih berupa jalan tanah dan perkerasan batu pasir. Untuk melancarkan perjalanan, peserta dievakuasi menggunakan truk TNI dan sebagian dengan mobil minibus.
Di dalam hutan itu ada banyak pohon bangkirai usianya telah lebih dari 150 tahun yang masih tegak berdiri. Selain pohon bangkirai, tumbuh pula sejumlah jenis pohon khas Kalimantan, seperti Meranti Merah, dan Ulin.
Di hutan ini juga diberlakukan sistem adopsi. Siapa pun boleh melakukan adopsi terhadap pohon-pohon yang ada dalam jangka waktu tertentu. Selama masa adopsi, pihak yang mengadopsi memberikan sejumlah uang kepada pengelola hutan, yakni PT Inhutani untuk merawat pohon tersebut. Sejumlah pejabat telah terlibat dalam program adopsi ini.
Di atas pohon bangkirai yang berusia 150 tahun dibangun jembatan gantung yang menghubungkan tajuk pohon yang satu dengan tajuk pohon bangkirai lainnya. Tinggi jembatan 30 meter dengan panjang titian 64 meter. Jembatan ini dibangun tahun 1998, dan hingga kini tetap kokoh.
Kawasan hutan wisata ini juga menjadi bagian dari wilayah IKN. Di Bukit Bangkirai juga menjadi pusat persemaian bibit pohon khas Kalimantan yang nantinya ditanam di dalam wilayah IKN.
Kota Nusantara seluas 256.000 hektar tersebut dirancang menjadi kota pintar yang berbasis pada hutan dan alam. Sekitar 70 persen wilayah IKN bakal berupa hutan ditanami berbagai jenis pohon khas Kalimantan. Hanya 30 persen menjadi kawasan perkantoran, permukiman, perkantoran dan kawasan bisnis.
Sumber energi pun semata-mata berasal dari energi terbarukan. Kota ini bakal bebas polusi, sebab mobil dan motor pengguna bahan bakar minyak dilarang beroperasi. Yang lalu lalang di jalan raya hanya kendaraan listrik, sepeda, serta pejalan kaki. Inilah kota besar yang akan sangat nyaman untuk bersepeda.
“Saya senang sekali bisa mengunjungi kawasan hutan Bukit Bangkirai, sebab bisa melihat langsung pohon meranti merah, pohon ulin dan pohon bangkirai. Selama ini saya hanya lihat mebel kayu meranti, tetapi tidak pernah tahu bentuk pohonnya, daun, bahkan batangnya. Jadi, saya mendapatkan pengetahuan baru dari kunjungan ini,” jelas Jacob Soetiono, pesepeda asal Jakarta yang juga pengusaha mebel.
Panas menyengat
Dari hutan bangkirai, perjalanan dilanjutkan menuju Sepaku. Mula-mula melewati jalan turunan sekitar 2 kilometer. Setelah itu menghadapi lagi tanjakan, lalu turunan berkali-kali. Belum selesai satu tanjakan, di depan sana sudah ada tanjakan berikutnya yang harus dilalui.
Di lokasi tertentu setelah tanjakan langsung menghadapi turunan lalu menanjak lagi. Hal ini memungkinkan pesepeda mengoptimalkan kecepatan saat turunan sehingga daya yang sama dapat termanfaatkan ketika langsung menanjak. Energi pun takkan banyak yang terkuras.
Akan tetapi, ada pula yang setelah turunan harus terlebih dahulu melewati jalan datar lebih dari 50 meter baru menanjak lagi. Kondisi ini memaksa pesepeda menguras tenaga lebih besar lagi.
Belum sempat menuntaskan satu tanjakan, di depan mata sudah menghadang tanjakan berikutnya. Kondisi itu dialami berkali-kali sehingga cenderung menghancurkan mental pengayuh sepeda.
Apalagai suhu udara siang itu terasa sangat panas mencapai sekitar 43 derajat Celcius. Kami melewati sejumlah perkebunan kelapa sawit sehingga di kiri dan kanan jalan raya nyaris tidak ada pohon rindang untuk berteduh. “Rasanya kita mengayuh sepeda di bawah sembilan matahari. Panasnya sangat menyengat,” ujar Helen Widjaja, pesepeda asal Jakarta.
Saking tidak kuat menghadapi sengatan mentari, sejumlah peserta terpaksa memilih istirahat sejenak pada sebuah warung. Selain memulihkan tenaga, mereka juga menunggu hingga sinar matahari agak meredup barulah melanjutkan gowes hingga finish di Sepaku.
Panitia sudah memprediksi kondisi ini. Itu sebabnya, antisipasi yang dilakukan antara lain lokasi water station (WS) untuk hari pertama dipusatkan di lima titik. Mengerahkan belasan tenaga motoris yang bertugas membagikan logistik (minuman, buah-buahan dan makanan kecil) selama dalam perjalanan, mengoperasikan dua mobil pick up yang berfungsi sebagai WS mobile. Termasuk menyiapkan kendaraan khusus evakuasi orang serta sepeda.
Rute Balikpapan-Sepaku secara sekilas tampak ringan, sebab evelasinya tergolong rendah, berkisar 160-100 mdpl. Itu lebih rendah dari Sentul City. Tetapi memiliki turunan dan tanjakan pendek yang begitu banyak, dimana total ketinggian mencapai 2.050 meter. Artinya jalur ini cukup berat. Tidak boleh dianggap enteng.
Suhu matahari yang begitu menyengat juga dipicu oleh adanya batu bara di tanah yang dilewati. Perut bumi di wilayah Kalimantan Timur umumnya dipenuhi minyak, gas dan batu bara. Kedalaman batu bara yang ada umumnya tidak lebih dari 6 meter.
“Jalur ini sungguh edan. Rolling tiada habisnya. Belum lagi suhu udara sangat panas. Daya tahan fisik dan mental benar-benar diuji. Inilah yang bikin tenaga terkuras habis. Emosi dan mental para pesepeda pun terintimidasi,” ujar Cucu Eman Haryanto, pesepeda asal Bandung yang menjadi Road Captain dalam touring Jelajah IKN.
Sekitar 20an peserta yang memilih mengayuh perlahan. Meski emosi terkuras, tapi tetap bertekad untuk bersepeda hingga di garis finis yakni di rumah dinas Bupati Penajam Paser Utara di Sepaku. Peserta terakhir baru tiba pukul 18.15 Wita. Peserta pertama tiba sekitar pukul 16.10 Wita. Jarak yang ditempuh hari itu sejauh mencapai 116,8 kilometer. Jalan yang dilewati beraspal mulus dan cor sehingga perjalanan pun lancar.
Malam itu, peserta menginap dalam tenda yang dilengkapi velbeth. Hal ini dilakukan karena hingga akhir Desember 2022 belum satu pun hotel yang beroperasi di Sepaku dan IKN. Yang tersedia hanya penginapan sederhana dengan jumlah kamar yang sangat terbatas.
Luapan sukacita
Untuk memberi kenyamanan kepada peserta, maka panitia bekerjasama dengan Kodam VI/Mulawarman untuk menyiapkan tenda pleton dan velbeth. Tenda dibangun di area landasan helikopter yang berada di komplek rumah dinas tersebut. Terpasang delapan unit tenda.
Di lokasi camping panitia menyiapkan air bersih 10.000 liter, kamar mandi dan kamar kecil portable. Untuk kebutuhan makan malam dan sarapan pagi, panitia juga bekerjasama dengan salah satu restoran di Sepaku.
Minggu (11/12/2022) sekitar pukul 06.30 Wita, semua peserta sudah siaga. Mereka seolah tidak sabar lagi ingin mengunjungi Titik Nol Nusantara yang menjadi ikon IKN.
Tepat pukul 07.00 Wita dengan dikawal Satlantas Polsek Sepaku, peserta Jelajah IKN diantar memasuki kawasan IKN. Sukacita seketika terluapkan dari masing-masing peserta. Begitu berbahagia, sebab bisa mendatangi kawasan IKN dengan bersepeda.
“Siapa pun bisa datang ke IKN dengan bermobil. Tetapi hanya segelintir orang yang datang dengan mengayuh sepeda. Saya termasuk dari yang sedikit orang itu,” kata Muin Fikri, Ketua Umum BNI 46 Cylist Jakarta.
Di tugu titik nol Nusantara, peserta seolah tidak bosan mengumpulkan kenangan. Mereka melakukan swafoto, berfoto bersama, juga mengambil video-video yang menarik. Semangat begitu tinggi, sebab di lingkungan kantor dan lingkaran pergaulan, mereka boleh dibilang sebagai orang lebih dahulu mengunjungi IKN dengan mengayuh sepeda.
Sehabis dari IKN, mereka pun kembali ke Balikpapan melalui rute yang sama. Medan yang dihadapi tetap berat dengan tanjakan dan turunan tiada henti serta penuh intimidasi. Akan tetapi, hari kedua jarak tempuh hanya 88,7 kilometer.
Sekitar pukul 15.30 Wita para peserta umumnya sudah masuk finis di Grand City Balikpapan. Mereka begitu berbahagia, sebab bisa menuntaskan impian mengunjungi IKN dengan bersepeda.
Lebih menarik lagi kedatangan kali ini dilakukan di saat IKN masih berupa hutan. Beberapa tahun mendatang, kenangan saat ini bakal memiliki nilai yang tinggi. Intimidasi yang dialami pun akan terbayar lunas.
Saya Agusnda sangat senang bisa bersepeda dengan Jelajah Bike dan sampai di Titik Nol Nusantara Ibu Kota baru Indonesia.
Ceritanya sesuai dengan kenyataan… 👍👍👍
Om Jannes. Asli keren jelajah bikenya ke IKN Nusantara tapi lain kali jangan sesadis ini Rolling tanjakan dan turunan nya yg nggak putus²…salam gowes dan tetep sehat deng gowes.
Mantap Bang Jane’s, semoga jelajah sepeda makin ok, peserta tambah sehat dan bahagia
Jelajah memang selalu merancang rute “siksaan” tapi kerennn…..😛😁😄👍
Hahaha makasih om. Setiap perjalanan kalau hanya datar atau menurun saja juga tidak menarik