Jelajah Toba Samosir (1), Nikmati Gowes dan Mandi Hujan

tanggal:

Share post:

Oleh: JANNES EUDES WAWA

Berada di wilayah Danau Toba, Sumatera Utara, pada penghujung Oktober 2023 lalu seolah sedang di dunia lain. Setiap hari kawasan itu selalu diguyur hujan deras. Suhu selalu di bawah 25 derajat dengan tingkat polusi udara tidak lebih dari 50 atau sehat. Itu sebabnya, mengayuh sepeda dalam Jelajah Toba Samosir ini sungguh menyenangkan.

Semua peserta touring sepeda tersebut tiba di Balige pada Kamis, 26 Oktober 2023 siang. Setelah melapor diri kepada panitia di Hotel Ompu Herti, sebagian besar langsung blusukan.  Ada yang berburu kuliner setempat, seperti ikan nilai bakar hasil budidaya dari air Danau Toba.

Berburuh durian di Balige. Foto: Arsip Jelajah Bike

Ada pula yang berburu durian di kota Balige. Durian yang ada berwarna kuning mirip durian tembaga, tetapi berbiji agak kecil. Buah yang terjual pun masih terbatas. Kabarnya, saat ini baru awal musim durian. Sekitar pertengahan atau akhir November ini baru buah durian berlimpah di pasaran.

Sore itu sekitar pukul 15.30, hujan turun sangat deras di Balige dan sekitarnya. Hujan berlangsung selama kurang lebih tiga jam hingga petang. Hujan itu menjadi anugerah yang terindah. Maklum, sudah berbulan-bulan mereka terpanggang dalam suhu udara yang kian memanas berkisar 35-42 derajat celcius di kota domisili masing-masing.

Bumi mendidih

Tahun 2023 ini memang suhu bumi mengalami peningkatan tajam. Pada bulan Juli dan September 2023, misalnya, menurut Badan Perserikatan Bangsa Bangsa, sebagai bulan yang mengalami suhu udara terpanas. Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) menyebutkan bahwa September 2023 adalah periode terpanas sepanjang sejarah bumi.

WMO menemukan rangkaian suhu permukaan tanah dan laut mengalami perubahan yang luar biasa. Bahkan, WMO mengkalim, tahun 2023 sebagai tahun dengan suhu udara terpanas.

Menurut catatan Layanan Perubahan Iklim Copernicus Uni Eropa (C3S), September mengalami suhu rata-rata 16,38 derajat celcius. Angka ini, 0,5 derajat celcius lebih panas dibanding periode September 2020. Bahkan,1,75 derajat celcius lebih panas dari periode tahun 1850-1900.

Gowes sambil bermandi hujan saat mengelilingi Danau Toba. Foto: Arsip Jelajah Bike

“Sejak Juni, bumi mengalami panas yang belum pernah terjadi sebelumnya di daratan dan lautan. Bahkan, luas es di Laut Antartika yang terendah dalam sejarah pada tahun ini,” kata Sekretaris Jenderal WMO Prof Petteri Taalas (CNBC Indonesia, 7/10/2023).

Maka, ketika mengalami suhu udara yang kalem dan bersih di Toba, para penggila touring sepeda ini begitu berbahagia. Mereka menemukan kembali suhu bumi yang sehat.

Ada yang mengklaim touring sepeda ini sebagai proses healing. Upaya memulihkan kembali kondisi fisik dan psikis yang terpapar akibat perubahan iklim yang kian mengerikan sekaligus mengisi kembali oksigen yang alami ke dalam tubuh.

“Saya senang banget melihat dan merasakan lagi hujan turun dengan begitu deras. Menemukan kembali suasana bumi yang adem, dan sejuk dengan udara yang bersih yang telah hilang berbulan-bulan. Ini yang bikin mengayuh sepeda di Toba kali ini terasa unik dan berbeda,” kata Anita Sudjarwo, peserta dari Jakarta.

Dari ketinggian

Hari pertama ini, kami memulai bersepeda dari Balige pada Jumat, 27 Oktober 2023 pukul 07.00 WIB. Persisnya di Hotel Ompu Herti, tepi Danau Toba. Tempat ini berada pada ketinggian 900 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Suhu udara pagi itu sangat adem dan sedikit dingin. Kami mengayuh persis di sisi kanan Danau Toba. Beberapa meter di depan melewati persawahan dan permukiman penduduk. Dari jauh tampak beberapa nelayan tradisional sedang mengoperasikan perahu kecil untuk memancing ikan di tengah danau itu.

Panorama di Danau Toba. Foto: Arsip Jelajah Bike

Tidak lama kemudian, kami memasuki kota Balige. Melewati pertokoan, pasar dan kawasan bisnis lainnya sekaligus menyusuri jalan lintas Sumatera. Kondisi jalannya beraspal mulus dan lebar.

Pagi itu belum banyak kendaraan bermotor yang lalu lalang sehingga udara yang terhirup benar-benar bersih dan segar. Sinar mentari yang datang pun nyaris tidak terasa sengatannya.

Gowes kali ini, bagi Anita merupakan pengalaman yang menyenangkan terutama bagi dirinya yang sudah berbulan-bulan menderita akibat musim kering dan polusi tinggi.

Perjalanan ini juga sesuai harapan dan tujuan untuk membersihkan paru dengan rute naik turun menukik sepanjang jalan serta alam yang indah luar biasa. “Tiada hari tanpa hujan, tiada hari tanpa kesan,” ujar Anita.

Di Jakarta, misalnya, pada akhir Oktober 2023 suhu udara berkisar 35-40 derajat cerlcius. Sementara tingkat polusi udara menurut pemantauan AirVisual mencapai 165 atau tidak sehat.

Dari Balige, kami mengayuh sepeda ke arah timur melewati Paud Toba Nauli kemudian ke arah utara dan makan siang di kawasan The Kaldera, Kabupaten Toba. Lokasi ini menjadi pusat aktivitas Badan Pelaksana Otorita Danau Toba. Kami makan siang di The Kaldera.

Berada di Kaldera, salah satu titik melihat Danau Toba. Foto: Arsip Jelajah Bike

The Kaldera Toba Nomadic Escape berada di Desa Sibisia, Kecamatan Ajjibata. Kemeterian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mengelola kawasan yang menjadi salah satu spot terbaik memandang keindahan Danau Toba.

Mandi hujan

Banyak fasilitas yang tersedia dalam kawasan tersebut. Ada lokasi untuk berkemah. Ada penginapan. Termasuk sejumlah arena permainan luar ruangan. Ada pula restoran dan café yang menyajikan kopi lokal.

Jika cuaca cerah hamparan hijau berpadu dengan birunya langit selalu menyegarkan mata siapa pun yang melihatnya. Di situ ada salah satunya yakni spot Jokowi. Berada di titik itu pengunjung bisa menyaksikan keindahan Danau Toba mengarah pada ngarai yang bagian ujungnya terdapat Desa Sigapiton, Danau Toba dan Pulau Samosir.

Dari Kaldera, kami melanjutkan perjalanan ke arah utara lalu ke barat laut melewati Bukit Senyum menuju ke Parapat. Saat keluar dari kawasan wisata tersebut, langit pun mulai mendung. Kami terus melaju melewati jalan raya yang beraspal mulus dan sepi dengan kontur mendatar serta beberapa kali rolling (turunan dan tanjakan).

Turunan panjang menjelang masuk wilayah Tongging. Foto: Arsip Jelajah Bike

Menjelang Kota Parapat atau kilometer 70 sejak dari Balige, kami melewati turunan panjang disertai beberapa tikungan tajam. Hujan mulai mengguyur dengan cukup deras. Para pesepeda memilih tetap mengayuh, sebab ingin menikmati gowes bermandikan air hujan. Suasana seperti ini sudah cukup lama hilang setelah memasuki musim kemarau yang panjang.

Saking senangnya menikmati guyuran hujan deras, sejumlah peserta tetap melaju saat melewati Parapat. Padahal, beberapa warga setempat menawarkan berteduh sejenak. Kota Parapat berada di tepi Danau Toba, persisnya pesisir barat.

Sekitar 10 kilometer selepas Parapat hujan pun mulai reda dan berhenti. Perjalanan semakin mengasyikan, sebab udaranya bertambah sejuk. Beberapa kali melewati hutan yang lebat dengan pohon-pohon yang menjulang tinggi.

Sekitar pukul 16.40 WIB, peserta terakhir pun tiba di Tigaras, Kabupaten Simalungun. Jarak yang ditempuh hari itu sejauh 114 kilometer. Tigaras juga berada di tepi Danau Toba.

Pertanian subur

Touring hari kedua, kami memilih rute Tigaras menuju ke Pangururan. Mula-mula, mengayuh sepeda menyusuri Danau Toba. Sekitar tiga kilometer berikutnya, perjalanan serong ke kanan menjauh dari Danau Toba, melewati permukiman warga, lahan pertanian dan hutan-hutan.

Kami melewati cukup banyak permukiman, seperti Dolok Pardamean, Purba, Saribudolok, Merek, dan Air Terjun Sipisopiso. Kondisi jalan juga beraspal mulus, umumnya rolling serta mendatar.

Salah satu kelokan yang menarik di kawasan Danau Toba. Foto: Arsip Jelajah Bike

Di kiri dan kanan jalan terdapat lahan pertanian dengan komoditas utama antara lain jeruk dan sayur-sayuran. Warga memasarkan komoditasnya keluar wilayah, seperti Medan dan kota-kota besar lainnya di Sumatera Utara dan provinsi terdekat.

Di sepanjang perjalanan juga tampak begitu banyak baliho dan poster partai politik peserta pemilihan umum dan calon legislatif yang terpasang di pinggir kiri dan kanan jalan. Ada partai yang menampilkan wajah calon anggota DPR dan DPRD.

Tetapi ada pula partai tertentu yang menonjolkan Presiden Joko Widodo. Bahkan, partai tersebut mengaklaim Jokowi sebagai miliknya. Padahal, semua orang mengetahui jika Jokowi bukan anggota partai tersebut. Kita memaklumi saja, sebab saat ini memang sedang memasuki musim politik. Yang menonjol adalah kepentingan.

Siang itu, langit cukup cerah dan membiru dengan suhu tidak lebih dari 25 derajat celcius. Jalan tetap sepi, jauh dari lalu lalang kendaraan. Maka, mengayuh sepeda dalam suasana seperti ini rasanya nikmat sekali,

Selepas Air Terjun Sipisopiso, kami menghadapi turunan cukup panjang diselingi tikungan-tikungan tajam. Di depan, tampak panorama Danau Toba di tepi kawasan Tongging yang indah yang berada di ujung utara danau.

Keindahan Danau Toba. Foto: Arsip Jelajah Bike

Beberapa kali peserta berhenti sejenak untuk mengabadikan keindahan alam ini sebagai kenangan yang amat berharga. Tongging menjadi pusat pertemuan suku Batak Toba, Pakpak dan Karo.

Ikan nila Toba

Dari Tongging, kami kembali menyusuri tepi Danau Toba. Banyak tempat menarik di pesisir danau yang menjadi lokasi wisata. Beberapa kali melewati sejumlah jembatan kecil yang menjadi jalur mengalirnya air dari kawasan perbukitan menuju ke Danau Toba. Airnya jernih dan bersih. Para petani setempat selalu memanfaatkan air yang ada untuk mengairi lahan pertanian.

Siang itu, kami makan siang di kilometer 60. Di situ ada sebuah rumah makan yang berada persis di tepi Danau Toba. Pengelola menyajikan ikan nila bakar. Ikan tersebut hasil budidaya dalam Danau Toba. “Ikannya enak banget. Saya suka,” ujar Ronal Tuhatu, peserta asal Cibubur.

Sepanjang perjalanan tampak cukup banyak keramba budidaya ikan yang terpasang di dalam danau. Usaha tersebut telah lama berkembang dan menghidupi banyak keluarga.

Selepas makan, kami melanjutkan lagi gowes sejauh 20 kilometer. Kali ini berada di sebelah barat dengan bergerak dari sisi utara menuju ke selatan. Tetap melewati tepi danau dan jalan desa yang beraspal mulus. Konturnya datar diselingi beberapa kali turunan dan tanjakan pendek dengan kemiringan sekitar 17 derajat.

Event berikutnya Jelajah Bike

“Tanjakannya memang pendek, tetapi melewatinya berkali-kali bikin tenaga nyaris terkuras habis. Saya sebetulnya hampir menyerah. Beruntung panorama alam Danau Toba selalu menarik sehingga menguatkan semangat untuk mengayuh sampai tuntas,” ujar Arie Kurnianingsih, asal Jakarta.

Sekitar pukul 15.00 WIB, kami pun tiba di ujung Desa Sitiotio, Silalahi II. Dari sana, menggunakan kapal kayu menuju ke Pangururan. Lama pelayaran sekitar satu jam. Sebelum petang, peserta Jelajah Toba Samosir sudah tiba di Hotel Saulina, Pangururan.

Hotel ini berada persis di bibir Danau Toba, pada sisi Sumatera. Dari depan hotel tampak  Pulau Samosir. Malam itu kami menikmati udara yang sejuk, bersih dan segar. Segala kepenatan  mengayuh sepeda seolah terobati oleh suasana alam ini. (bersambung)

Jangan lewatkan!!

JCS Surakarta, Berat dan Menantang

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Related articles

Mostbet Bonus Code: $200 Guaranteed Or The $1k First Gamble Bonus For Nfl Ravens Vs Chiefs Nj Com

As mentioned above, mostbet is definitely also operational inside nine other states beyond North Carolina with a related...

‎mostbet Gambling Su Software Store

This helps reduce the probability of putting your signature on up to untrustworthy sites, but this best online...

“Facts Da Nang, Vietnam: The Best 13 Things To Do

This is definitely about new interesting projects appearing constantly but still generating people remembering. I reserved a...

Mostbet Pga Shining Round 4 Odds Boost: Xander Schauffele”

If you or the loved one provides questions or should talk to a professional about wagering, call GAMBLER...