Jelajah Komodo Digelar Akhir November 2021

tanggal:

Share post:

Rumah adat Waerebo di Kabupaten Manggarai, Flores, NTT. Kampung adat ini selalu dikunjungi wisatawan domestik dan mancenagara. Foto: Jannes Eudes Wawa

Kerinduan para pesepeda untuk melakukan perjalanan bersepeda di Labuan Bajo dan sekitarnya, kini terjawab. Jelajah Bike, pengelola event olahraga berencana menggelar touring sepeda di wilayah barat Pulau Flores itu bernama Jelajah Komodo pada 24-28 November 2021. Kegiatan meliputi bersepeda, jalan (trekking) dan berenang (snorkeling).

Selama lima hari tersebut, peserta  tidak hanya beraktivitas di Labuan Bajo, tetapi juga akan mengunjungi kampung adat Waerebo di Kabupaten Manggarai, Pulau Padar, Pulau Komodo, dan Pulau Kanawa. Tempat-tempat ini merupakan lokasi wisata favorit di kawasan Labuan Bajo, sebab memiliki panorama yang indah, menawan dan unik.

Dari Labuan Bajo ke Waerebo pergi pulang akan dilakukan dengan bersepeda. Ditargetkan menghabiskan waktu tiga hari. Hari pertama, bersepeda dari Labuan Bajo menuju Lembor. Kondisi jalan beraspal mulus, tidak banyak dilewati kendaraan bermotor, dan melewati banyak tanjakan dengan sejumlah kelokan yang tajam, sebab bergerak dari pesisir pantai menuju pegunungan. Jarak tempuh sekitar 75 kilometer.

Hari kedua, bersepeda lagi dari Lembor menuju Waerebo. Perjalanan ini melewati pantai selatan Pulau Flores. Gambaran keindahan panorama pantai Pulau Flores mulai tampak nyata di jalur ini. Di beberapa titik terdapat hamparan pasir putih yang memanjang disertai gulungan ombak.

Jalur pantai selatan ini sesungguhnya yang paling dekat menghubungkan Labuan Bajo dan Waerebo. Jaraknya kurang lebih 110 kilometer dengan lama perjalanan sekitar 3,5-4 jam. Sedangkan jarak dari Lembor ke Waerebo sekitar 35 kilometer.

Akan tetapi, kondisi jalan di pantai selatan tidak semuanya beraspal mulus. Di beberapa titik, aspal telah mengelupas dan menyisahkan batu kerikil kecil. Selain itu, ada beberapa jembatan juga belum diperbaiki sehingga laju perjalanan bersepeda dari Lembor menuju Denge, kampung terakhir sebelum ke Waerebo diperkirakan menghabiskan waktu tiga sampai empat jam.

Dokumen Jelajah Bike

Tahun Baru Waerebo

Dari Denge, peserta akan berjalan kaki (hiking) sejauh 5 kilometer melewati hutan menuju kampung adat Waerebo. Jelang kampung adat akan dijumpai hutan kopi arabica. Kopi dari Waerebo termasuk salah satu yang terbaik di dunia. Ditargetkan tiba di Waerebo sekitar pukul 16.00 Wita.

Di Waerebo, peserta akan menginap semalam di rumah adat yang ada. Menikmati udara yang sejuk, bersih dan dingin sekaligus panorama yang unik pada ketinggian sekitar 1.200 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Kampung adat Waerebo memiliki tujuh rumah adat (Mbaru Niang) berbentuk kerucut. Ketujuh rumah itu letaknya berdekatan. Salah satu unit di antaranya dijadikan sebagai tempat inap para tamu. Hampir setiap hari, wisatawan asing dan domestik mengunjungi Waerebo. Mereka umumnya menginap minimal semalam.

“Saya sudah tiga kali mengunjungi kampung adat Waerebo. Bahkan, pernah datang bersama istri dan anak-anak. Kami menikmati alamnya, keunikan rumah adat, keramahan warganya, serta sajian makanan yang sederhana, tetapi sangat lezat. Saya tidak pernah bosan untuk datang lagi ke Waerebo,” kata Joannes Trie Prihandoko, arsitek sekaligus pesepeda yang tinggal di Tangerang.

Hal senada juga diungkapkan Nunik Murniati, asal Tangerang Selatan. “Kalau nantinya inap lagi di rumah adat itu (Waerebo), saya akan join (Jelajah Komodo). Kampung adat itu selalu berkesan, dan membuat saya ingin balik ke sana lagi,” ujarnya.

Setiap bulan November masyarakat adat Waerebo selalu menggelar upacara Penti. Ini adalah perayaan tahun baru dalam perhitungan masyarakat adat setempat. Penti adalah upacara adat untuk mengungkapkan rasa syukur atas panen yang telah diperoleh dan kehidupan yang telah dilalui selama setahun terakhir.

Bulan November disebut juga bulan awal bertanam, sebab warga setempat yang mayoritas petani sehingga awal tanam dijadikan sebagai pertanda untuk memulai yang baru. Itulah disebut sebagai tahun baru. Dalam ritual itu juga mereka memohon perlindungan dan keharmonisan kepada para leluhur dan Tuhan Yang Maha Kuasa selama setahun ke depan.

Ritual Penti berpusat di Mbaru Gendang, satu dari tujuh rumah adat yang ada. Ritus bermula dari tembang yang didendangkan oleh tertua adat dengan diiringi gendang, berlanjut dengan prosesi menuju lingko, sumber air dan makam leluhur. Selepas itu, mereka kembali lagi ke Mbaru Gendang.

Dalam ritual itu, mereka juga mengundang arwah leluhur untuk mengikuti upacara Penti. Saat perayaan tarian Caci, tarian khas Manggarai, juga ditampilkan di halaman rumat adat.

Sore harinya, di compang atau altar panembahan, digelar upacara Boa oleh tetua adat dengan mempersembahkan ayam untuk menghormati para leluhur. Malam harinya dilakukan lagi upacara pemberkatan dibarengi dengan mempersembahkan hewan seperti ayam dan babi. Saat puncaknya dilantunkan syair-syair adat yang menggema saat malam perayaan Penti.

https://jelajah.bike/registrasi-jelajah-komodo-2021/

Menuju Komodo

Dari Waerebo, peserta akan kembali lagi ke Labuan Bajo. Namun, dari Denge, peserta akan terlebih dahulu diangkut dengan kendaraan menuju Lembor. Dari sana, lalu dilanjutkan bersepeda, dan ditargetkan tiba di Labuan Bajo sekitar pukul 16.00 Wita.

Di Labuan Bajo setelah beristirahat sejenak dan mandi, lalu sekitar pukul 20.00 Wita usai makan malam, peserta akan menaiki kapal menuju Pulau Padar. Malam itu peserta akan menginap di kapal.

Keesokan harinya sekitar pukul 04.30 Wita, peserta mulai berjalan menuju ke puncak Pulau Padar untuk menyaksikan matahari terbit. Sebuah pengalaman yang menarik dan takkan terlupakan.

Dari Padar, pelayaran selanjutnya menuju ke Pulau Komodo. Di sana, peserta akan diantar para pawang untuk melihat dari dekat hewan purba yang hanya ada satu-satunya di dunia tersebut.

Selepas itu menuju ke pantai pink dan Pulau Kanawa untuk melepaskan kepenatan dengan mandi di laut. Menjelang sore, kembali ke Labuan Bajo. Lalu pada Senin, 29 November 2021, peserta pun pulang ke kota masing-masing. Sayonara Labuan Bajo!

JANNES EUDES WAWA
Koordinator Jelajah Komodo

baca juga:

Sepeda Kembali Menyentuh Bumi

 

 

 

2 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Related articles

Jelajah Toba Samosir (2), Berbahagia Bersama Om Octo

Oleh: JANNES EUDES WAWA Minggu (29/10/2023) dinihari, kawasan Pangururan, Pulau Samosir dan sekitarnya diguyur hujan lebat. Menjelang pagi, volumenya...

Jelajah Toba Samosir (1), Nikmati Gowes dan Mandi Hujan

Oleh: JANNES EUDES WAWA Berada di wilayah Danau Toba, Sumatera Utara, pada penghujung Oktober 2023 lalu seolah sedang di...

JCS Surakarta, Berat dan Menantang

Oleh: JANNES EUDES WAWA Comoro Kandang di kaki Gunung Lawu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, menjelang petang, suhu mulai dingin....

Jangan Lewatkan Drama Balap Sepeda di Surakarta!

Oleh: JANNES EUDES WAWA Dunia balap sepeda sungguh menarik. Aktivitasnya tidak sekedar menguji nyali dan ketangkasan bersepeda, tetapi selalu...