JCS Ingin Seperti Giro d’Italia

tanggal:

Share post:

Oleh: JANNES EUDES WAWA

Dunia balap sepeda di Indonesia bakal semakin semarak menyusul lahirnya event baru: Jelajah Cycling Series. Seperti namanya, event ini bakal dilakukan berseri dalam setahun dengan lokasi berbeda. Fokus utama tidak sebatas menggerakkan pariwisata, tetapi menjadi ajang bagi atlet Indonesia mengukir prestasi.

Pembalap Roojai, Thailand, yakni Ariya Phounsavath berada paling depan dalam lomba balap sepeda Jelajah Cycling Series (JCS) Minangkabau pada Sabtu 4 Maret 2023 di Sumatera Barat. Ariya terus ditempel pembalap Roojai lainnya yakni Adne van Engelen dan pembalap lain dari Indonesia. Foto: dokumentasi jelajah sport.

Ada sejumlah alasan yang mendorong penyelenggara yakni Jelajah Sport melahirkan JCS. Pertama, Indonesia memiliki wilayah yang luas dengan kekayaan melimpah baik tradisi budaya, keindahan alam dan keragaman masyarakatnya. Keunggulan dan keunikan ini perlu dipromosikan ke dunia internasional melalui ajang balap sepeda skala besar yang dilakukan kontinyu dengan standar Union Cyliste Internationale (UCI), induk organisasi balap sepeda dunia.

Kedua, Di luar negeri, kita mengenal Tour de France di Perancis, Giro d’Italia di Italia dan lainnya. Itu adalah event balap sepeda jalan raya paling bergengsi di dunia yang selalu digelar setiap tahun, dan selalu menyedot perhatian masyarakat internasional.

Event-event itu telah lama berkembang, bahkan tidak semata-mata melahirkan atlet-atlet yang berprestasi gemilang di panggung internasional, dan merajai olimpiade. Tetapi ikut menjadi lokomotif ekonomi yang menggerakkan industri sepeda, industri pariwisata dan sektor lainnya.

Jelajah Sport pun ingin membawa JCS ke arah itu di Indonesia. Melalui penyelenggaraan yang berseri dan kontinyu setiap tahun sesuai standar UCI diharapkan dapat melahirkan atlet-atlet dari Indonesia yang mampu berprestasi terbaik di tingkat dunia. Ekonomi nasional pun ikut bergerak melalui kesemarakan dan kemeriahan JCS.

Ketiga, Adanya event yang berseri mendorong klub-klub sepeda di Indonesia berkembang lebih optimal dengan pengelolaan profesional. Persaingan antarklub pun semakin tinggi dan sehat. Klub pun termotivasi untuk menyiapkan atlet-atlet handal. Sejauh ini, Indonesia baru memiliki beberapa klub kontinental yakni Mula Cycling Team, KGB Racing Team, dan Nusantara Cycling Team. Melalui kompetisi yang rutin, klub kontinental asal Indonesia bisa bertambah banyak dan terus meningkatkan levelnya.

Penggerak ekonomi

Di negara-negara maju, olahraga telah menjadi salah satu industri yang diandalkan sebagai penggerak ekonomi. Kompetisi tertata apik dan berkesinambungan ditunjang pengelolaan yang profesional dengan kualitas prima. Konsistensi dan keberlanjutan tersebut berdampak terhadap perekonomian suatu daerah atau negara. Banyak tenaga kerja yang terserap.

Tidak sedikit sektor juga ikut bergerak melalui kompetisi olahraga. Sebut saja, perhotelan, transportasi, kuliner, pariwisata, usaha kecil dan menengah, pengelola kegiatan dan masih banyak lagi yang saling terkait. Perputaran uang pun berlipat ganda.

Para pembalap sedang melewati Danau Singkarak. Jalan datar dan beraspal mulus di tepi danau ini menjadi arena adu kecepatan. Foto: dokumentasi jelajah sport.

Di Eropa dan Amerika, sepak bola, basket, golf, balap sepeda, otomotif, tenis dan lainnya telah berkembang sangat baik. Kompetisi terjadwal dan dijalankan penuh disiplin. Klub maju pesat dengan terus memunculkan atlet handal. Inilah contoh pengelolaan industri olahraga yang benar dan unggul. Iklim yang baik ini selalu menggoda para investor untuk melipatgandakan investasi pada perusahaan penyelenggara event atau perusahaan pengelola klub.

Di Indonesia, perkembangan industri olahraga ibarat hidup enggan mati pun tidak mau. Hal ini dipicu oleh manajemen organisasi olahraga yang belum ditangani secara baik. Ada pula faktor lain seperti regulator dan operator yang kadang tidak sejalan. Akibatnya, kompetisi pun cenderung musiman, serta tidak dilakukan secara berjenjang dan berkesinambungan sehingga jarang lahir atlet yang berkualitas tinggi.

Minimnya kompetisi membuat banyak anak muda yang berbakat di bidang olahraga enggan mengembangkan talentanya dengan serius. Bahkan, tidak menjadikan atlet atau pemain sebagai pilihan hidup.

Belum lagi penghasilan yang diperoleh dari kompetisi pun sangat terbatas. Pendapatan  tidak sebanding dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk latihan, makanan dan lainnya. Hal ini pula memicu banyak orangtua belum merelakan anaknya menjadi atlet atau pemain profesional.

Khusus sepeda, dalam satu dekade terakhir minat masyarakat untuk bersepeda meningkat  pesat di Indonesia. Data Badan Pusat Statistik menyebutkan, pada tahun 2019, misalnya, produksi sepeda di Indonesia mencapai 8,1 juta unit, tahun 2020 sebesar 8,4 juta unit dan tahun 2021 mencapai 8,7 juta unit.

Bahkan, saat dilanda wabah Covid-19, industri sepeda mengalami anomali pertumbuhan. Permintaan melonjak tajam, sedangkan persediaan sangat terbatas. Bahkan, baru pertama kali terjadi dalam sejarah, pembelian sepeda dilakukan melalui inden.

Indonesia juga termasuk negara eksportir sepeda. Contohnya, tahun 2019, diekspor  1.637.917 unit setara 10,3 juta dollar AS. Jumlah ini meningkat dibanding tahun 2018 sebanyak 1.521.575 unit atau 9,5 juta dollar AS. Di sisi lain, Indonesia juga mengimpor sepeda, dimana tahun 2019 tercatat 887.766 unit dengan nilai 4,2 juta dollar AS.

Seiring semakin banyaknya kepemilikan sepeda, maka event perjalanan dan kompetisi bersepeda pun bertambah marak. Ada yang sehari, dua hari, tiga hari, bahkan lebih. Ada yang khusus sepeda balap, sepeda lipat dan gabungan semua jenis sepeda. Akan tetapi, tidak banyak event kompetisi yang berlisensi UCI.

Sebagian peserta Susur Pengalengan bersiap-siap untuk bermain arung jeram di Situ Cileunca, Minggu (19/2/2023). Selain rafting, mereka juga bersepeda dan berkemah. Foto: Jannes Eudes Wawa.

Namun dalam konteks pariwisata, kesemarakkan event olahraga ini ikut menghidupkan ekonomi. Event-event itu menggerakkan orang dalam jumlah banyak mendatangi suatu daerah. Kehadiran mereka otomatis menghidupkan industri pariwisata.

Sebaliknya pariwisata melalui potensi keindahan alam, keberagaman budaya dan tradisi serta kreativitas masyarakat menjadi magnet besar untuk penyelenggaraan event olahraga di suatu wilayah. Negeri ini memiliki segala yang dibutuhkan bagi berkembangnya industri olahraga.

Kurang kompetisi

Harus diakui, olahraga sepeda di Indonesia belum memberikan prestasi yang besar di level internasional. Untuk Asian Games dan olimpiade, misalnya, Indonesia selalu berada jauh di belakang Malaysia dan Thailand. Jangankan meraih medali, mengirimkan atlet dalam kedua kompetisi itu pun, Indonesia kalah bersaing.

Selama ini, prestasi cukup baik hanya pada kategori downhill, BMX, sepeda gunung dan track. Beberapa kali atlet sempat meraih medali emas dalam SEA Games. Olimpiade 2024 di Paris, Indonesia besar kemungkinan mengirimkan atlet sepeda kategori track.

Balap sepeda track adalah jenis perlombaan sepeda yang dimainkan di dalam arena velodrome yang terdiri atas dua lintasan yakni lurus dan sedikit berbelok. Balap jenis ini dimungkinkan adanya penonton. Di Indonesia, ada Velodrome di Rawamangun, Jakarta Timur yang mampu menampung sekitar 2.000 penonton. Para penonton dipungut biaya.

Akan tetapi, khusus balap sepeda jalan raya (road race) masih sulit unjuk gigi. Salah satu penyebabnya yakni atlet Indonesia jarang mengikuti kompetisi internasional. Hal itu karena kompetisi-kompetisi itu umumnya dilakukan di Eropa dan Amerika. Biaya pengiriman atlet cukup besar sehingga tidak semua mendapatkan kesempatan.

Maulana Astnan (18) dari klub Nusantara Cycling Team menjadi pemenang kedua dalam JCS Minangkabau. Usianya baru 18 tahun menjadi modal yang bagus. Kemampuan ini perlu diasah melalui latihan dan rutin mengikuti kompetisi. Foto: dokumentasi jelajah sport.

Padahal, mengikuti kompetisi internasional secara rutin mutlak dibutuhkan seorang atlet profesional. Semakin sering berkompetisi dengan atlet-atlet dari negara lain, semakin baik untuk menempah diri dan mengukur kemampuan diri dan tim. Melihat kekurangannya, lalu menemukan solusi agar bisa meraih prestasi terbaik pada kompetisi berikutnya.

Prestasi terbaik sangat dibutuhkan untuk pengumpulan poin bagi individu, tim dan negara. Semakin banyak poin yang terkumpul,  peluang atlet dan negaranya mengikuti kompetisi level tinggi, seperti olimpiade semakin besar.

Salah satu solusi, menurut Kepala Pelatih Timnas Sepeda Dadang Haris Poernomo, perlu perbanyak kompetisi berlisensi UCI di Indonesia. Kompetisi itu tidak musti dilakukan oleh federasi, tetapi juga pihak swasta, seperti Jelajah Sport.

Keuntungannya adalah banyak atlet Indonesia memiliki kesempatan untuk bertanding. Jam terbang semakin banyak. Mereka bisa belajar dan menguji kemampuan. Kalau menang otomatis menaikkan level kepercayaan diri dan meningkatkan poin bagi atlet yang bersangkutan, tim dan juga bagi Indonesia.

Dia mendorong ICF menjalin kerjasama dengan para penyelenggara event balap sepeda jalan raya di Indonesia untuk menggelar kompetisi yang berlisensi UCI. Dalam setahun dibikin beberapa seri.

“Kita membutuhkan event lomba balap sepeda jalan raya berseri dan berlisensi UCI di Indonesia. Keuntungan bagi kita adalah memberi peluang bagi para atlet nasional untuk mengikuti ajang ini. Biaya yang dihabiskan tidak banyak, tetapi pengalaman bertanding yang didapatkan sungguh besar,” kata Dadang.

Itu sebabnya, Dadang menyambut gembira kehadiran JCS. Apalagi salah satu misi JCS adalah menjadi ajang kompetisi bagi atlet Indonesia. “Jika ada event yang memberi ruang bagi para atlet nasional untuk berkompetisi, saya pasti mendukungnya,” ujarnya.

Tanah Minangkabau

Urusan menangani event sepeda sebetulnya bukan dunia baru bagi pengelola Jelajah Sport. Beberapa tahun terakhir, melalui bendera Jelajah Bike dilakukan perjalanan bersepeda jarak jauh ke sejumlah daerah. Sebut saja, Jelajah Bali Bike yang dilakukan setiap bulan Juni sejak tahun 2021.

Ada pula Jelajah Komodo pada November 2021. Jelajah Rote pada Agustus 2022 yang merayakan HUT ke-77 Kemerdekaan RI di Pulau Ndana, pulau terselatan Indonesia. Ada lagi Jelajah Toba Samosir pada Oktober 2022, Jelajah IKN pada Desember 2022, lalu Susur Borobudur pada Maret 2022 dan Susur Pangalengan pada Februari 2023. Tahun 2023 ini juga sudah direncanakan touring ke sejumlah daerah, antara lain Tanah Toraja pada pekan ketiga Agustus.

Tahun 2023 mereka memulai petualangan baru, yakni menyelenggarakan lomba balap sepeda jalan raya yang diberi nama Jelajah Cycling Series (JCS). Langkah itu dimulai di Sumatera Barat dengan nama JCS Minangkabau pada 4 Maret 2023.

Pilihan jatuh di Tanah Minangkabau didasarkan pada sejumlah pertimbangan. Salah satunya adalah masyarakat Minang sudah terbiasa dengan suasana lomba balap sepeda. Sebelum dilanda wabah Covid-19 sering digelar event serupa selama beberapa hari. Alasan lain adalah keindahan panorama dan kekuatan kultur setempat.

JCS Minangkabau diikuti 228 peserta dari tujuh negara, termasuk Indonesia. Atlet asing berasal dari China, Belanda, Perancis, Latvia, Laos dan Thailand. Sejumlah atlet dan mantan atlet nasional ikut dalam perlombaan ini. Event sehari tersebut mengusung tema bersepeda untuk semua (cycling for all) seperti yang digelorakan UCI selama ini.

Ada delapan kategori yang dilombakan, yakni Men Elite 19 tahun ke atas, Junior (17-18 tahun), Open (19-29 tahun), Master A (30-39 tahun), Master B (40-49 tahun), Master C (50-59 tahun), Women Elite (19 tahun) dan Women Master (30 tahun ke atas). Kategori elit dikhususkan bagi para atlet profesional. Sedangkan, master untuk para penggila sepeda balap dan mantan atlet balap sepeda.

“Penyelenggaraan JCS Minangkabau sungguh menarik. Pilihan jalurnya keren dan variatif dengan panoramanya yang indah. Manajemen perjalanannya rapi. Jalur perlombaan dijaga dengan baik dan nyaman. Zero complain. Tidak ada insiden. Pokoknya peserta puas. Ini awal yang baik dan perlu dipertahankan,” kata Andri Prawata, peserta JCS Minangkabau kategori Master A.

JCS Surakarta

JCS seri berikutnya direncanakan di Surakarta atau Solo (bukan Semarang seperti disebutkan sebelumnya) pada Sabtu 9 September 2023. Selain delapan kategori seperti di Minangkabau, kemungkinan ditambah dua kategori lagi untuk dilombakan yakni kelompok usia 15-16 tahun (youth) yakni man youth dan women youth. Total hadiah pun otomatis lebih besar lagi.

Pilihan memasukan kelompok youth dalam JCS Surakarta didorong oleh semangat pembinaan atlet muda atau regenerasi atlet. Apalagi, selama ini, ada sejumlah klub di Indonesia serius membina anak-anak usia dini untuk menjadi pembalap sepeda. Minat anak muda cukup tinggi.

Semangat ini perlu diwadahi melalui kompetisi. Adanya kompetisi yang baik, berkualitas dan kontinyu menjadi ajang yang efektif untuk menempah diri sekaligus pengembangan bakat atlet muda. Dengan demikian, para atlet muda bisa lebih berani menjadikan dunia balap sepeda sebagai pilihan hidup. Pilihan mengembangkan prestasi dan layak diandalkan untuk merajut ekonomi masa depan bagi diri dan keluarga.

Perlu sinergi

Sebagai pemain baru dalam ajang kompetsisi balap sepeda, Jelajah Sport menyadari semua ini masih proses belajar. Belajar merancang dan menyiapkan penyelenggaraan event dengan lebih detail. Belajar mengenal lebih jauh dengan klub dan komunitas sepeda. Belajar mengenali dan memahami keinginan dan selera pesepeda serta atlet.

Sebagian peserta JCS Minangkabau berfoto bersama di depan rumah adat Minangkabau di Istana Basa Pagaruyung. Rumah adat ini menjadi daya tarik bagi para pembalap. Foto: dokumentasi jelajah sport.

Belajar tentang regulasi balap sepeda seperti yang digariskan UCI. Belajar organisasi penyelenggara balap sepeda yang ideal. Belajar mengenali organisasi ICF (ISSI), komisioner, dan segala hal terkait dunia balap sepeda.

Manajemen Jelajah Sport meyakini JCS bakal mampu menyedot perhatian para pembalap sepeda dunia dan memaksa mereka untuk tidak melewatkan event-event yang ditawarkan. Keyakinan itu didasarkan pada: Pertama, Komitmen meningkatkan kualitas event dan pelayanan setiap tahun. Kedua, Komitmen memberikan hadiah yang besar bagi pemenang.

Ketiga, Memilih wilayah dengan jalur yang menarik dan menantang. Di sini yang selalu dipertimbangkan adalah keindahan alam, keragaman budaya dan tradisi masyarakat yang menjadi keistimewaan Indonesia. Keempat, Komitmen menggunakan teknologi pencatatan waktu yang tepat dan cepat.

Saat ini, JCS fokus pada event sehari. Setelah memahami seluk beluknya, secara bertahap waktu kegiatan ditingkatkan. Jumlah seri diperbanyak. Ada seri yang tetap sehari, tetapi pada seri tertentu dilakukan selama beberapa hari.

Mengembangkan bisnis olahraga seperti event balap sepeda tidak terlepas dari kemitraan. Menggelar lomba yang berkualitas membutuhkan kerjasama atau kolaborasi dengan pelbagai pihak. Salah satunya adalah partisipasi sebagai sponsor. Tanpa dukungan dana yang besar dari sponsor, kompetisi balap sepeda berkualitas takkan terlaksana optimal.

Inilah pentingnya membangun sinergi. Semua bahu membahu dan bergotong royong memajukan balap sepeda sepeda di negeri ini melalui penyelenggaraan event Jelajah Cycling Series (JCS). JCS perlu mengayuh lebih jauh seraya menunjukkan kekuatan Indonesia.

Baca juga:

JCS Minangkabau, Tanjakan Sitinjau Lauik Dilibas Sekejab

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Related articles

Slottica Jak Wypłacić Pieniądze Horário Para Jogar Fortune

ContentCaracterísticas Principais Do Fortune TigerValores Dos SímbolosJogar Fortune Tiger Grátis (modo Demo): É Possível? Como Resulta O Jogo...

Slottica Jak Usunąć Konto Fácil De Usar

ContentJogo Do Tigrinho OficialSímbolos WildBônus Para Jogar Em Plataformas Com Fortune TigerO Jogo Do Tigrinho Dá Dinheiro Mesmo?...

Slottica Casino Giriş Melhor Para

ContentMelhores Cassinos Para Jogar Fortune Tiger No BrasilFortune Tiger: Teste A Sua Sorte No Jogo Do Tigrinho OnlineComo...

Slottica Casino: 50 Free Spins Aumentar Suas Chances

ContentQuais São Os Recursos E Benefícios Do Site M Million 777 Slots Com? 📱 Como Jogar O Game...