KALABAHI— Bantuan dari sejumlah pesepeda di Jakarta, Bandung dan sekitarnya untuk korban bencana slikon tropis seroja di Nusa Tenggara Timur telah disalurkan di Lembata pada Selasa (13/4/2021) dan Pulau Pantar, Kabupaten Alor pada Jumat (16/4/2021). Bantuan tersebut antara lain berupa beras, air mineral, makanan kecil, makanan bayi, gula pasir, kopi, teh, sabun cuci, dan perlengkapan mandi lainnya.
Bantuan diserahkan Yanto Hadikumulo, anggota Komunitas Kompas Bike. Dia sejak awal April berada di Maumere diutus Dana Kemanusiaan Kompas untuk menangani bantuan serupa di NTT. Dana yang dikumpulkan para pesepeda secara spontan melalui Jannes Eudes Wawa, Koordinator Kompas Bike dan Jelajah Bike sebesar Rp 41,3 juta, kemudian dikirimkan ke Yanto untuk membelanjakan berbagai jenis barang yang paling dibutuhkan para korban bencana saat ini.
Setelah itu, barang kebutuhan tersebut diangkut melalui jalan darat ke Larantuka, ibukota Kabupaten Flores Timur, dilanjutkan menggunakan kapal penyeberangan menuju Lewoleba (Kabupaten Lembata) dan Kalabahi (Kabupaten Alor). Di Lewoleba, bantuan diterima Romo Blasius Kleden, Pastor Paroki setempat. Sedangkan di Alor diterima Kepala Desa Bunga Bali (Pulau Pantar), Rahabean Klaping.
“Kami berterima kasih atas empati para pesepeda terhadap korban bencana badai tropis siklon di Lembata. Perhatian ini juga menandakan bahwa kami tidak sendirian berjuang menghadapi musibah ini. Banyak saudara-saudara kami di luar NTT yang selalu berada bersama kami. Mereka selalu membantu materi dan mendoakan kami agar kuat serta segera bangkit kembali,” ujar Romo Blasius yang berjanji segera mendistribusikan bantuan tersebut secara adil dan merata.
Hal senada juga ditegaskan Rahabean Klaping. Menurut dia, bencana kali ini benar-benar mengerikan, sebab hujan lebat, badai, angin kencang dan banjir bandang datang sekaligus. Warga pun tidak berdaya. Tidak sedikit harta benda milik warga yang rusak, hancur dan hilang. Begitu pula banyak korban jiwa.
“Adanya perhatian dengan bantuan materi dari sesama kami di luar bukan hanya bikin kami bisa menyambung hidup. Tetapi juga memacu kami untuk lebih kuat. Kami harus bersyukur masih bisa selamat dari musibah yang mengerikan ini sehingga kami harus bangkit dan berjuang,” tegas Klaping.
Setelah melihat kondisi di lapangan, Yanto Hadikumolo, selain kebutuhan tempat tinggal, masyarakat korban bencana masih membutuhkan bantuan kebutuhan pokok. Hal ini terjadi karena lahan-lahan pertanian milik warga hancur disapu banjir bandang dan angin kencang. “Lahan-lahan pertanian di Alor, misalnya, kini menjadi hamparan pasir dan batu,” paparnya.(JAN)